SHARE 1

ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL TRADISIONAL NUSANTARA

Arsitektur rumah tinggal tradisional nusantara adalah suatu bangunan yang  bentuk,struktur ,fungsi,ragam hias dan cara pembuatannya diwariskan secara turun temurun serta dapat di pakai untuk melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya. Tiap-tiap daerah memiliki bentuk arsitektur yang berbeda-beda.

Adapun komponen-komponen arsitektur tersebut adalah : bentuk, struktur , fungsi, ragam hias serta cara pembuatan yang diwariskan secara turun temurun di masing-masing daerah.Dengan memberikan pengertian ini, maka arsitektur tradisional dapat pula dikategorikan berdasarkan kepada daerah dan aktivitas yang ada didalamnya.

Berikut adalah arsitektur rumah tinggal tradisional yang akan dibahas

1. Rumah Kebaya

DKI Jakarta

rumah kebaya jarkarta2 Rumah_Kebaya

                                       Gambar  Rumah Kebaya

(Sumber : http://wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b2/Rumah_Kebaya.jpg)

Definisi Rumah Kebaya :

Rumah Kebaya merupakan sebuah nama rumah adat suku Betawi.  Disebut dengan rumah kebaya dikarenakan bentuk atapnya yang menyerupai pelana yang dilipat dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut terlihat seperti lipatan kebaya.

Fungsi Rumah Kebaya :

Rumah Kebaya memiliki fungsi sebagai  tempat mengadakan  acara selamatan atau hajatan khas betawi.

Denah Rumah Kebaya :

 79ef8-denah-rumah-bapang-betawi

Struktur dan Material Rumah Kebaya :

a. Pondasi

gambar16

Struktur pondasi rumah kebaya menggunakan sistem struktur pondasi umpak (pondasi rumah/tiang yang terbuat dari batu) yang diletakan dibawah setiap kolom. Material struktur yang digunakan pada pondasi rumah kebaya ini adalah bayu kali

b. Kolom / Tiang

1

Kolom atau tiang pada bangunan rumah kebaya diletakan pada sudut-sudut bangunan seperti pada teras atau yang disebut langkan, tiang-tiang tersebut berdiri pada sudut-sudut teras untuk menopang atap sebagai tritisan pada teras. Kolom atau tiang ini terbuat dari bahan kayu berbentuk persegi tanpa ukiran.

c. Pintu dan Jendela

2

Pintu rumah kebaya ini terbuat dari kayu dengan ventilasi di tengahnya. Pintu memiliki dua daun pintu dan terdapat ventilasi diatas pintu sebagai sirkulasi udara dan cahaya

Jendela pada rumah kebaya ini juga terbuat dari kayu dan memiliki dua daun jendela. Terdapat pula ventilasi diatasnya.

d. Dinding

3

Dinding rumah kebaya untuk dinding depan menggunakan material kayu gowok/kayu nangka yang terkadang dicat dengan dominasi warna kuning dan hijau. Dinding rumah lainnya menggunakan bahan anyaman bambu dengan atau tanpa pasangan bata dibagian bawahnya, namun dijaman sekarang pada umumnya sudang berkembang menggunakan bahan batu bata atau batako.

e. Atap

4

Rumah Kebaya berbentuk atap perisai lantai diteruskan dengan atap pelana yang lebih landai, pada bagian teras. Atap rumah ini memiliki ciri yang sama dengan atap rumah-rumah joglo sebagai dari ciri khas rumah adat pulau jawa. Lisplank rumah kebaya diukir dengan ornamen segitiga berjajar (gigi balang). Bahan Material Material yang digunakan untuk menutup atap rumah adalah genteng atau atep (daun kirai yang dianyam), konstruksi kuda-kuda dan gording (balok kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda) menggunakan kayu gowok (Syzygium Polycephalum) atau kayu kecapi (Sandoricum Koetjape), balok tepi, terutama diatas dinding luar menggunakan kayu nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk yang sudah tua, sedangkan kaso (balok kayu dengan ukuran 4cm x 6cm atau 5cm x 7cm yang berfungsi sebagai dudukan reng) dan reng (balok kayu dengan ukuran 2cm x 3cm atau 3cm x 4cm yang berfungsi sebagai dudukan atap genteng) menggunakan bambu tali, yakni bambu yang batangnya (setelah dibelah-belah) dapat dijadikan tali. Bambu yang digunakan sebagai kaso adalah bambu utuh dengan diameter ± 4cm, sedangkan yang digunakan untuk reng adalah bambu yang dibelah.

Makna dan Filosofi Rumah Kebaya :

a. “Pesan yang terdapat pada rumah adat Betawi seperti bentuk bunga ragam hias yang terdapat pada bentuk ornamen kayu, seperti bentuk bunga melati merupakan pesan simbol keceriaan, keharuman, dan keramahan yang dimiliki masyarakat betawi. Simbol bunga matahari, juga menunjukkan agar si pemilik rumah diterangi batinnya baik pada siang maupun malam hari,” tambahnya.

b. “Langkan pembatas yang ada di teras dari halaman berbahan kayu, bersimbol seperti patung manusia yang juga memiliki pesan moral, yaitu etika yang baik dalam bertamu harus melewati dari halaman depan rumah. Sebab, ketika bertamu lewat belakang atau samping rumah, bagi masyarakat Betawi merupakan etika yang kurang baik,” jelasnya.

c. Lisplang gigi belalang memiliki pesan dalam kehidupan seseorang ada saja mempunyai masalah, akan tetapi dalam keadaan demikian pesan yang terdapat dalam simbol tersebut bermakna hidup harus selalu jujur, rajin, ulet dan sabar. Demikian pesan moral dari simbol struktur rumah adat Betawi.

(Sumber :http://tekatekimisteridunia.blogspot.com/2011/06/menelusuri-makna-dan-simbol-rumah-khas.html)

2. Rumah Kasepuhan

Jawa Barat

 kasepuhan-cirebon keratonkasepuhancirebon

                                Gambar  : Rumah Kasepuhan

(Sumber : http://warisanindonesia.com/wimedia/2011/08/kasepuhan-cirebon.jpg)

Definisi Rumah Kasepuhan :

Rumah Kasepuhan atau Keraton Kasepuhan (Cirebon) ditilik dari namanya (Keraton Kasepuhan), didirikan sekitar tahun 1529 oleh Pangeran Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran

Fungsi Rumah Kasepuhan :

Fungsi Rumah ini memang bukan fungsi hunian biasa, melainkan tempat bermukim seorang Raja/Sultan Cirebon, sekaligus pusat pemerintahan. Arsitektur bangunan (-bangunan) bersejarah ini merupakan perpaduan unsur budaya Islam, Hindu-Budhha, Kristen (Barat), dan Konfusianisme (China).

Bagian-bagian Rumah Kasepuhan :

Berikut adalah bagian-bagian penting yang terdapat dalam kompleks Ruamh Kasepuhan:

a. Pintu Gerbang Utama Keraton Kasepuhan

Pintu gerbang ini terletak di sebelah utara, sementara pintu gerbang kedua berada di selatan kompleks. Gerbang utara disebut Kreteg Pangrawit  berupa jembatan, sedangkan di sebelah selatan disebut LawangSanga (pintu sembilan). Setelah melewati Kreteg (jembatan) Pangrawit akan sampai di bagian depan keraton. Di bagian ini terdapat dua bangunan, yaitu Pancaratna dan Pancaniti.

b. Bangunan Pancaratna

Berada di kiri depan kompleks arah Barat, berdenah persegi panjang, dengan ukuran 8 x 8 m. Lantai tegel, konstruksi atap ditunjang empat sokoguru di atas lantai yang lebih tinggi, dan 12 tiang pendukung di permukaan lantai yang lebih rendah. Atap dari bahan genteng, pada puncaknya terdapat mamolo. Bangunan ini berfungsi sebagai tempatseba atau tempat yang menghadap para pembesar desa atau kampung yang diterima oleh Demang atau Wedana. Secara keseluruhan memiliki pagar besi.

c. Bangunan Pangrawit

Berada di kiri depan kompleks menghadap arah Utara. Bangunan ini berukuran 8 x 8 m, berantai tegel. Bangunan ini terbuka tanpa dinding. Tiang-tiang yang berjumlah 16 buah mendukung atap sirap. Bangunan ini memiliki pagar terali besi. Nama Pancaniti berasal dari panca berarti jalan, dan niti yang berarti mata atau raja atau atasan. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat perwira melatih prajurit, tempat istirahat, dan juga sebagai tempat pengadilan.

Struktur dan Material Rumah Kasepuhan :

Material yang digunakan untuk membangun rumah adat ini masih alami seperti kayu, bambu, batu, ijuk dan juga dedaunan. Rumah Adat Jawa Barat Rumah adat yang terdapat di Provinsi Jawa Barat sangatlah beragam. Hal tersebut terlihat dari atapnya yang beragam dimana dalam bahasa sunda disebut ‘suhunan’ atau ‘hateup’. Hal tersebut disebabkan karena setiap bentuk atap memiliki arti yang berbeda-beda.  Tapi pada intinya, semua penanaman ini dibuat untuk menghormati alam dan sekitarnya.Uniknya rumah adat sunda ini sangat tradisional dengan memanfaatkan hasil dari alam sekitar. Seperti atap yang menggunakan daun kelapa, ijuk, atau daun rumia. Untuk menguatkan antar tiang digunakan paseuk yang terbuat dari bambu.

3. Rumah Baduy

Serang Banten

03022008042 3193714057

Gambar  : Rumah Baduy

(Sumber : https://humaspdg.files.wordpress.com/2010/05/03022008042.jpg )

Definisi Rumah Baduy :

    Rumah bagi masyarakat Baduy dalam (kejeroan), di Kabupaten Lebak, Banten. Tidak sekedar tempat tinggal. Ada nilai Filosofi yang di yakini sebagai kepercayaan nenek moyang mereka.Itu sebabnya membangun rumah tidak boleh sembarangan.

     Arsitektur vernakular suku Baduy bentuk dan gaya bangunan rumah tinggal mereka sangat sederhana, dibangun berdarakan naluri sebagai manusia yang membutuhkan tempat berlindung dari gangguan alam dan binatang buas. Kesan sederhana tersebut tersirat dalam penataan eksterior dan interiornya.

    Secara umum bentuk rumah adat Banten suku Baduy merupakan rumah panggung yang hampir keseluruhan bahan bangunan rumah berasal dari bambu.

Denah Rumah Baduy :

  1. Seluruh bangunan rumah tinggal suku Baduy menghadap ke utara-selatan dan saling berhadapan. Menghadap ke arah barat dan timur tidak diperkenankan berdasarkan adat.
  2. Suku Baduy memperlakukan alam tidak berusaha untuk mengubah atau mengelola keadaan lahan aslinya untuk kepentingan bangunan yang akan didirikan diatasnya. Sehingga hasilnya memperlihatkan permukiman yang alami, Bangunan – bangunan tersebut bagaikan sebuah kesatuan dari alam itu sendiri, berdiri berumpak – umpak mengikuti kontur atau kemiringan tanahnya.

Struktur dan Material Rumah Baduy :

  1. Rumah tinggal suku Baduy menggunakan struktur knock downdan siap pakai, yang terdiri dari beberapa rangkaian komponen. Selanjutnya, komponen-komponen tersebut dirakit atau dirangkai dengan cara diikat menggunakan tali awi temen ataupun dengan cara dipaseuk.
  2. Konstruksi utamanya yang berfungsi untuk menahan beban berat, seperti tihang-tihang, panglari, pananggeuy, dan lincar, dipasang dengan cara dipaseuk karena alat paku dilarang digunakan. Justru teknik tersebut bisa memperkuat karena kedua kayu yang disambungkan lebih menyatu, terutama ketika kedua kayunya sudah mengering.
  3. Sementara komponen seperti bilik (dinding), rarangkit (atap), dan palupuh (lantai) hanya sekadar diikat atau dijepit pada bambu atau kayu konstruksi. Oleh karena itu, bangunan rumah tinggal suku Baduy termasuk jenis bangunan tahan gempa karena konstruksinya bersifat fleksibel dan elastis. Rumah panggung.
  4. Jenis atapnya disebut sulah nyanda. Pengertian dari nyanda adalah posisi atau sikap bersandar wanita yang baru melahirkan. Sikap menyandarnya tidak tegak lurus, tetapi agak merebah ke belakang. Jenis atap sulah nyanda tidak berbeda jauh dengan jenis atap julang ngapak. Jika jenis atap yang disebutkan terakhir memiliki dua atap tambahan di kedua sisinya, atap jenis sulah nyanda hanya memiliki satu atap tambahan yang disebut curugan. Salah satu atap pada sulah nyanda lebih panjang dan memiliki kemiringan yang rendah.
  5. Rumah tinggal suku Baduy hanya memiliki satu pintu masuk yang ditutup dengan panto, yaitu sejenis daun pintu yang dibuat dari anyaman bilah-bilah bambu berukuran sebesar ibu jari dan dianyam secara vertikal. Teknik anyaman tersebut disebut
  6. Pembagian interiornya terdiri dari tiga ruangan, yaitu sosorotepas, dan imahSosoro dipergunakan untuk menerima kunjungan tamu. Letaknya memanjang ke arah bagian lebar rumah. Selanjutnya, ruang tepasyang membujur ke arah bagian panjang atau ke belakang digunakan untuk acara makan atau tidur anak-anak. Antara ruangan sosoro dan tepas tidak terdapat pembatas. Keduanya menyatu membentuk huruf L terbalik atau siku.
  7. Tampaknya bagian inti dari rumah suku Baduy terletak pada ruangan yang disebut imah karena ruang tersebut memiliki fungsi khusus dan penting. Selain berfungsi sebagai dapur (pawon), imah juga berfungsi sebagai ruang tidur kepala keluarga beserta istrinya.
  8. Atap rumah terbagi pada dua sisi kanan dan sisi kiri. Atap sebelah kiri di bangunlebih panjang di bandingkan atap sebelah kanan. Ini di maksudkan supaya satu sisi yang lebih panjang memberikan kehangatan yang lebih. Selain itu, juga untuk menambah ruangan yang bisa di pakai. Karena pasti anggota keluarga akan terus bertambah. Kemudian, bagian paling atas atau pucuk, pertemuan antara sisi kiri dan sisi kanan di buat cabik. Fungsinya untuk menahan air hujan yang turun. Selain untuk fungsi tadi, cabik ini juga merupakan lambang lingkaran hidup mereka. Ciri khas berikutnya ialah, atap yang di pakai bukan seperti kebanyakan yang sering kita temui. Mereka tidak memakai genting. Rata-rata yang di pakai sebagai atap terbuat dari bahan yang sangat sederhana, biasanya dari ijuk atau daun kelapa yang di keringkan.

4. Rumah Joglo

Jawa Tengah

desain-cantik-rumah-jawa-joglo-modern rumah-adat-jawa

Gambar  : Rumah Joglo Jawa Tengah

(Sumber : http://infobisnisproperti.com/wp-content/uploads/2014/05/desain -rumah-jawa-joglo-modern.jpg)

Definisi Rumah Joglo Jawa Tengah :

Rumah adat jawa tengah berbentuk rumah joglo, Sebuah bangunan joglo yang menimbulkan interpretasi arsitektur Jawa mencerminkan ketenangan. Rumah adat joglo yang merupakan rumah peninggalan adat kuno dengan karya seni yang bermutu memiliki nilai arsitektur tinggi sebagai wujud dan kebudayaan daerah yang sekaligus merupakan salah satu wujud seni bangunan atau gaya seni bangunan tradisional.

Denah Rumah Joglo Jawa Tengah :

Denah rumah tradsional jawa tengah membentuk pola grid, bila di tarik garis-garis imajiner, maka pola grid akan terlihat.

5-001

Keseimbangan pada rumah tradisional jawa tengah berbentk simetris, baik scara tampak maupun denah, hal ini akan terlihat jika ditarik garis imajiner pada masing-masing sumbu.

5

Struktur dan Material Joglo Jawa Tengah :

1. Pondasi dan kolom

Pondasi pada rumah tradisional jawa tengah menggunakan jenis pondasi umpak, yaitu dengan penopang batu kali yang dihubungkan kekolom.
Jenis kayu yang digunakn adalah jati, karena kayu jenis ini selain karena kekuatannya, juga mudah didapat pada waktu dahulu.
Sebagian kepala pondasi dimunculkan ke permukaan tanah, dan menjadi aksen tersendiri dalam rumah ini

6

2. Pondasi dan lantai

Kepala pondasi dan lantai berhubungan langsung.
Sebelum adanya perkerasan lantai dahulu lantai rumah tradisional ini menggunakan tanah sebagai alasnya.

7-001

3. Jendela

Bukaan pada rumah tradisionl jawa tengah memang meiliki banyak bukaan, menyesuaikan dengan iklim indonesia yang tropis.Tetapi ukuran bukaan tersebut tidak terlalu besar.
Jendela terbuat dari bahan kayu jati, ornamen yang biasa digunakan adalah ukiran flora.

7

4. Pintu

Pintu Utama pada rumah tradisional jawa tengah memang dibuat lebar,hal ini merupakan implementasi masyarakat jawa yang terbuka kepada semua tamu yang datang, pintu biasa dihiasi ukiran-ukiran khas yang biasa disebut gebyok.

8

5. Kolom

Kolom pada rumah tradisonal jawa tengah berjumlah genap, dengan 4 kolom utama sebagai struktur di tengah,atau biasa disebut soko guru,

9-001

6. Atap

Atap rumah tradisonal jawa tengah berebentuk atap limasan, lebih spesifik lagi disebut dengan limasan lawakan.
9

 

Tinggalkan komentar